Thursday, November 8, 2007

teori integrasi moneter

Teori Integrasi Moneter
Menurut Balassa, kerjasama dibidang moneter merupakan tahapan terakhir dari tahapan integrasi keuangan. Kerjasama moneter, dalam tahap yang lebih mendalam, memungkinkan suatu kawasan untuk melakukan integrasi kebijakan moneter dan membentuk uang tunggal.Dalam konterk integrasi moneter, bentuk integrasi moneter yang paling dasar adalah monetary union, dimana negara-negara yang tergabung dalam kerjasama tersebut secara bersama menetapkan nilai tukar tetap (mata uang masing-masing negara anggota di-peg terhadap suatu mata uang jangkar) dan menjalankan kebijakan moneter bersama. Sementara bentuk integrasi moneter yang paling maju adalah currency union, yang didefinisikan sebagai sebuah kawasan dengan mata uang tunggal serta memiliki otoritas moneter bersama (bank sentral) di kawasan tersebut (Ngian dan Yuen, 2002).Teori integrasi moneter yang paling berpengaruh hingga saat ini adalah teori mengenai optimum currency areas (OCA) yang dikemukakan untuk pertama kalinya oleh Robert A.Mundell pada tahun 1961 yang selanjutnya dikenal sebagai pelopor teori OCA. Krugman dan Obstfeld (2000) selanjutnya mendefinisikan OCA sebagai sebuah kelompok negara-negara dalam suatu kawasan yang perekonomiannya terkait erat terutama karena faktor perdagangan (barang dan jasa) serta mobilitas faktor produksi. Definisi ini merupakan hasil dari observasai Krugman dan Obstfeld yang menyimpulkan bahwa sebuah kawasan yang menetapkan suatu nilai tukar tetap diantara negara anggota akan berhasil mewujudkan tujuan-tujuan terkait dengan kawasan nilai tukar tetap tersebut apabila tingkat output dan keterkaitan sektor perdagangan di antara negara-negara tersebut tinggi.Teori OCA memfokuskan perhatian pada berbagai kriteria yang harus terpenuhi sebelum negara-negara dalam suatu kawasan bergabung membentuk suatu monetary union. Kriteria ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan kawasan tersebut baik secara keseluruhan maupun secara individual negara dari berbagai dampak ekonomi yang tidak dinginkan paska pembentukan monetary union sekaligus untuk memaksimalkan manfaat dari adanya integrasi moneter tersebut.Literatur yang terkait dengan OCA pada umumnya mengemukakan empat kriteria utama untuk membentuk sebuah monetary union:a. Interdependensi di bidang perdaganganNegara-negara yang terintegrasi cukup tinggi di bidang perdagangan internasional akan mendapatkan manfaat yang relatif lebih besar apabila berada dalam payung OCA, mengingat adanya keseragaman nilai mata uang akan menghemat biaya transaksi dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan penggunaan mata uang yang berbeda. Oleh karena itu, saling ketergantungan (interdependency) di bidang perdagangan ini merupakan kriteria paling penting bagi pembentukan OCA.b. Symmetry of shocksKriteria ini mengacu pada kemungkinan bahwa negara-negara dengan siklus bisnis yang simetris mempunyai peluang lebih besar untuk menjadi anggota OCA. Sebagaimana disebutkan oleh Mundell bahwa suatu kawasan dnegan respons atas shock yang simetris memungkinkan untuk mengambil kebijakan moneter yang sama. Peter Kenen, sebagaimana disebutkan oleh Shin dan Wang (2002), juga menggarisbawahi hal serupa dimana tingkat industri atau diversifikasi produk merupakan determinan dari symmetry of shocks. Apabila terdapat dua kawasan yang masing-masing mempunyai spesialisasi untuk beberapa jenis produk, maka kedua kawasan tersebut akan mempunyai reaksi atas shock yang sangat berbeda satu sama lain. Sebaliknya, apabila dua kawasan tersebut mempunyai struktur industri serta memproduksi jenis barang yang identik, maka reaksi kedua kawasan tersebut terhadap shock akan serupa.c. Mobilitas faktor produksiApabila mobilitas tenaga kerja dan modal memungkinkan, maka shock didalam negeri dapat diredam tanpa menimbulkan biaya penyesuaian yang tinggi. Oleh karena itu, negara-negara yang berkeinginan untuk bergabung dalam suatu monetary union haruslah membebaskan arus lalu lintas faktor produksi antar negara dalam kawasan dimaksud. Persyaratan adanya mobilitas faktor produksi ini pada dasarnya merupakan mekanisme compensating adjustment dalam suatu kawasan bermata uang tunggal. Namun, McKinnon (1963) menyebutkan bahwa adanya kawasan bermata uang tunggal dalam format OCA itu sendiri dapat mempengaruhi mobilitas faktor produksi, dengan demikian mobilitas faktor produksi ini dapat dianggap sebagai ex post facto dalam pemenuhan kriteria pembentukan mata uang tunggal.d. Konvergensi kebijakan makroekonomiKriteria ini penting mengingat apabila negara-negara dalam suatu kawasan mempunyai sasaran kebijakan yang berbeda, maka kepentingan mereka pun beleh jadi berseberangan satu sama lain dalam menghadapi suatu external shock yang sama, dengan demikian sistem koordinasi untuk stabilitas nilai tukar dapat dengan mudah goyah.Dari keempat kriteria di atas, kriteria respon asimetrik terhadap gejolak eksternal merupakan pusat kajian dari berbagai studi empiris terkait dengan kriteria OCA. Analisis terutama ditujukan untuk mengetahui apakah negara-negara yang berpartisipasi dalam suatu monetary union mempunyai reaksi yang simetris terhadap shock.Eichengreeen (2005) kemudian juga menambahkan empat prakondisi bagi terbentuknya sebuah monetary union, sebagai prakondisi yang sebaiknya dipenuhi oleh kawasan apabila akan menuju monetary union. Prakondisi sebagaimana disebutkan dalam teori OCA memang penting namun belum mencukupi untuk membentuk sebuah OCA dikawasan. Keempat prakondisi tersebut adalah sebagai berikut:a. Kemampuan untuk mendelegasikan kebijakan moneter kepada sebuah lembaga internasional, dimana lembaga dimaksud haruslah akuntabel, representatif, efisien, dan efektif.Monetary union melibatkan sebuah mata uang tunggal dimana faktor penawarannya ditentukan oleh sebuah bank sentral regional. Esensi dari monetary unification oleh karena itu adalah sebuah perjanjian untuk membentuk lembaga internasional di mana masing-masing negara peserta bersedia untuk mendelegasikan kewenangan mereka dalam menentukan beberapa jenis kebijakan kepada suatu lembaga internasioanal.Dari sudut pandang teori politik, terdapat empat hal yang harus diperhatikan terkait dengan lembaga supranasional ini (Berglof et.al 2003 dalam Eichengreen, 2005). Pertama, lembaga tersebut haruslah akuntabel. Disini pemimpin lembaga tersebut haruslah mampu mempertanggungjawabkan setiap keputusan yang diambil kepada para stakeholder-nya. Kedua, lembaga tersebut haruslah dapat mewakili dan mempertimbangkan kepentingan berbagai kelompok. Ketiga, lembaga tersebut haruslah efisien dan mempunyai kapabilitas untuk mengambil keputusan yang terbaik ditengah berbagai pendapat dan konflik kepentingan. Keempat, lembaga tersebut haruslah efektif, ini berarti lembaga tersebut mempunyai kemampuan untuk melaksanakan kebijakan sesuai dengan waktu yang ditentukan.b. Kebijakan moneter yang transparanSyarat kedua bagi sebuah mata uang tunggal adalah kebijakan moneter yang transparan. Transparansi penting dalam rangka menciptakan kebijakan moneter yang efektif, serta sebagai sebuah upaya untuk menyeimbangkan trade off antara rules dan discretion dalam wacana kebijakan moneter. Sebuah kebijakan yang statis seringkali mengabaikan faktor dinamisme perkembangan perekonomian, sementara suatu kebijakan yang berlandaskan pada discretion mempunyai potensi untuk menimbulkan masalah ketidakkonsistenan dalam kurun waktu tertentu.c. Rejim capital account yang terbukaPenerapan mata uang tunggal dengan nilai tukar yang seragam disuatu kawasan yang terintegrasi mengharuskan adanya rejim yang membebaskan lalu lintas transaksi keuangan. Hal ini berarti bahwa negara-negara di kawasan tersebut haruslah menghapus rejim kontrol atas transaksi neraca modal dan keuangan (capital and financial account) sebelum membentuk suatu monetary union, sebagaimana kawasan Eropa yang telah membebaskan kontrol atas arus modal satu dasawarsa sebelum pembentukan ECB dan penerbitan euro.d. mekanisme tranmisi kebijakan moneter yang konvergenPrakondisi terakhir bagi terbentuknya monetary union adalah adanya suku bunga yang ditentukan mekanisme pasar dan mekanisme transmisi kebijakan moneter yang konvergen di antara negara-negara kawasan tersebut. Contoh yang biasa dikemukakan adalah apabila bank sentral regional menaikkan suku bunga sebagai respons atas tekanan inflasi dikawasan tersebut. Apabila respons atas kebijakan kontraksi moneter ini berbeda di masing-masing negara, baik dari sisi timing maupun dampaknya pada sektor riel, maka biaya yang ditimbulkan menjadi beragam di antara negara-negara tersebut. Kerugian yang ditimbulkan dari adanya perbedaan resiko yang dihadapi oleh masing-masing negara ini diperhitungkan lebih tinggi dibandingkan apabila setiap negara menghadapi resiko yang sejenis secara individual.