Saturday, October 20, 2007

Ciri-Ciri Umum Model Ekonomi

Review Microeconomics
CIRI-CIRI UMUM MODEL EKONOMI

Model-model ekonomi saat ini dipergunakan tentu saja sangat beragam. Asumsi spesifik yang dipergunakan dan tingkat perincian yang disediakan sangat bervariasi bergantung pada masalah yang ditangani. Jenis-jenis model yang dipergunakan untuk menerangka tingkat kegiatan perekonomian secara keseluruhan di Amerika Serikat, misalnya harus lebih menyeluruh dan lebih kompleks dibadingkan dengan model yang berusaha mengintepretasikan penetapan harga buah strawberry dari Arizona. Tetapi, meskipun terdapat keragaman ini, praktis semua model ekonomi mengandung tiga unsur yang sama: (1) Cateris Paribus (segala hal lainnya sama); (2) Anggapan bahwa para pengambil keputusan ekonomi berusaha untuk mengoptimalkan sesuatu; (3) Pembedaan yang seksama antara pertanyaan "positif" dan pertanyaan "normatif".


* Asumsi CATERIS PARIBUS
Seperti dalam kasus kebanyaka ilmu pengetahuan, model-model yang dipergunakan dalam perekonomian berusaha untuk menggambarkan hubungan-hubungan yang relatif sederhana. Sebuah pasar gandum, misalnya, kemungkinan berusaha untuk menerangkan harga gandum dengan sejumlah kecil variabel yang dapat dikuantifikasi, seperti upah para pekerja pertanian, curah hujan, dan pendapatan konsumsi. Meminimumkan spesifikasi model seperti ini memungkinkan studi tentang penetapan harga gandum dalam situasi yang disederhanakan, sehingga dapat dipahami bagaimana kekuatan-kekuatan tertentu beroperasi. Meskipun setiap peneliti akan menyadari bahwa kekuatan "luar" (adanya hama gandum, perubahan harga pupuk dan harga traktor, atau pergeseran dalam sikap konsumen terhadap roti) mempengaruhi harga gandum, kekuatan-kekuatan lain ini dipertahankan konstan dalam pengembangan model. Ini adalah maksud penerapan asumsi Cateris Paribus. Penting untuk diketahui bahwa para ekonom tidak mengasumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mempengaruhi harga gandum, melainkan variabel-variabel tersebut diasumsikan tidak berubah selama periode penelitian. Dengan cara ini, pengaruh beberapa kekuatan dapat diteliti dalam situasi yang disederhanakan. Asumsi Cateris Paribus seperti ini dipergunakan dalam semua pemodelan ekonomi.Penggunaan asumsi Cateris Paribus menghadirkan beberapa kesulitan untuk verifikasi empiris model-model ekonomi dengan data dunia nyata. Dalam ilmu lainnya, masalah tersebut tidak terlalu berat, karena lingkungan dapat dikendalikan. Misalnya, seorang ahli fisika yang ingin menguji sebuah model tentang kekuatan gravitasi kemungkinan tidak akan melakukannya dengan menjatuhkan obyek dari Empire State Building (gedung di US). Eksperimen yang dilakukan dengan cara demikian akan dipengaruhi oleh terlalu banyak kekuatan luar (kecepatan angin, partikel-partikel udara, variasi temperatur, dan sebagainya) untuk menguji teori tersebut secara tepat. Ahli fisika tersebut kemungkinan harus melakukan eksperimen di sebuah laboratorium, dengan sebuah ruang yang setengah hampa dimana kebanyakan kekuatan-kekuatan lain tersebut dapat dikendalikan ataua dihapuskan. Dengan cara ini, teori tersebut dapat diverifikasi dalam situasi yang sederhana, tanpa perlu mempertimbangkan semua kekuatan lainnya yang mempengaruhi benda yang jatuh di dunia nyata.Dengan sedikit kekecualian, para ekonom belum dapat melakukan eksperimen yang terkendali untuk menguji model-model mereka. Melainkan para ekonom dipaksa untuk bergantung pada berbagai metode statistik (dan ekonometrik) untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan lain ketika menguji teori-teori mereka. Sekalipun metode-metode statistik ini pada prinsipnya memiliki keabsahan yang sama dengan metode-metode eksperimen terkendali yang dipergunakan oleh para ilmuwan lainnya, pada prakteknya metode-metode ini menghadirkan sejumlah masalah sulit. Karena alasan itu, batasan dan makna yang tepat dalam asumsi Cateris Paribus dalam ekonomi menimbulkan lebih banyak kontroversi daripada dalam ilmu-ilmu laboratorium.


*Asumsi Optimisasi
Banyak model ekonomi dimulai dari asumsi bahwa para pelaku ekonomi yang diteliti secara rasional mengejar sasaran tertentu. Meskipun, banyak asumsi berkaitan dengan optimisasi agak bersifat kontroversial, semua telah diterima secara luas sebagai titik awal yang baik untuk mengembangkan model-model ekonomi. Terdapat dua alasan untuk penerimaan ini: Pertama, asumsi optimisasi sangat produktif dalam hal menghasilkan model-model yang tepat dan yang dapat dipecahkan. Hal ini terutama dihasilkan kemampuan model-model tersebut untuk memanfaatkan berbagai teknis matematis yang sesuai dengan masalah optimisasi, yang tidak akan tersedia tanpa menggunakan teknis matematis tersebut. Kedua, popularitas model optimisasi berkaitan dengan validitas empiris yang jelas. Seperti diperlihatkan oleh beberapa penerapan, model-model tersebut tampak cukup baik dalam menerangkan kenyataan. Dengan semua ini, maka model optimisasi telah menempati posisi penting dalam teori ekonomi modern.


*Perbedaan Positif-Normatif
Ciri terakhir yang menjadi inti dalam kebanyakan model ekonomi adalah usaha untuk dengan seksama membedakan pertanyaan "positif" dan pertanyaan "normatif". Sejauh ini, baru membicarakan terutama peran teori-teori ekonomi yang positif. Teori-teori "ilmiah" seperti ini memadang dunia nyataa sebagai obyek yang harus dipelajari, dengan berusaha untuk menerangkan fenomena ekonomi yang diamati. Ekonomi positif berusaha menetapkan bagaimana sumberdaya pada kenyataannya dialokasikan dalam sebuah perekonomian. Analisis teori ekonomi yang agak berbeda adalah normatif, yang mengambil posisi moral yang pasti tentang apa yang harus dilakukan. Dalam analisis normatif, para ekonom memiliki banyak hal yang dapat dikatakan tentang bagaimana sumber daya harus dialokasikan. Misalnya, seorang ekonom yang terlibat dakam analisis positif kemungkinan meneliti mengapa dan bagaimana industri pemeliharaan kesehatan Amerika menggunakan sejumlah modal, tenaga kerja, dan tanah saat ini ditujukkan untuk menyediakan jasa-jasa medis. Ekonom tersebut kemungkinan memilih untuk mengukur biaya dan manfaat lebih banyak lagi sumber daya untuk pemeliharaan kesehatan. Tetapi ketika para ahli menyarankan bahwa sumberdaya tamabahan harus dialokasikan untuk kesehatan, mereka secara implisit bergerak ke analisis normatif. Jika para ahli tersebut menerapkan hipotesis maksimisasi laba karena model tersebut tampaknya menerangkan kenyataan, mereka terlibat dalam analisis positif. Tetapi para ekonom yang berargumentasi bahwa perusahaan-perusahaan harus memaksimumkan laba (dan bukan mengejar barang "sosial" lainnya, misalnya) mengambil posisi normatif.Beberapa ekonom percaya bahwa satu-satunya analisis ekonomi yang sesuai adalah analisis positif. Dengan menarik analogi dari ilmu alam, mereka berargumentasi bahwa "ekonomi" ilmiah harus memperhatikan deskripsi (kemungkinan prediksi) tentang kejadian-kejadian dunia nyata. Untuk mengambil posisi moral tertentu dan mendorong minat tertentu dipandang di luar kompetensi seorang ekonom yang bertindak sebagai ekonom. Tetapi, beberapa ekonom lainnya percaya bahwa penerapan yang ketat dari pembedaan positif-normatif untuk masalah-masalah ekonomi tidak sesuai, karena masalah-masalah tersebut harus melibatkan padangan peneliti itu sendiri tentang etika, moralitas dan keadilan. Menurut para ekonom ini, mencari "obyektivitas" ilmiah dalam situasi seperti ini tidak mungkin.

Reference: Microeconomics Theory Basic Principle and Extentions by Walter Nicholson