Friday, October 19, 2007

ekonomi sebagai "dismal science"

Ekonomi Sebagai "Dismal Science"

Ilmu ekonomi sering dianggap menjemukan, tidak menarik, penuh dengan asumsi dan bahkan sulit dimergerti. Padahal ilmu ekonomi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peralatan canggih untuk menjawab berbagai pertanyaan dalam masyarakat.
Lalu kenapa setiap mahasiswa tahun pertama pada fakultas ekonomi selalu mengeluh? apa memang ilmu ekonomi menjemukan dan tidak menarik? mungkin benar kalau melihat deretan grafik dan persamaan matematik yang sering digunakan untuk menerangkan persoalan ekonomi yang terjadi.
Mungkin tidak salah kalau para mahasiswa kemudian perlu memakai kacamata setelah lolos dari semester kedua pada fakultas ekonomi. Mungkin memang menjadi suatu cabang ilmu yang sulit dimergeti karena kurang mampu menjawab persoalan-persoalan sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang seharusnya amat menarik untuk dikaji. Mungkin tidak salah kalau setiap kali diajarkan didepan kelas, ada saja yang bilang, ''ah, itu kan hanya teori'.

Penerbitan buku karangan Charles Wheelan dan kemudian disusul oleh Steven D. Levitt serta Stephen J. Dubner mencoba menjawab berbagai pertanyaan mengenai aplikasi teori-teori ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

1. Pertama-tama Charles Wheelan dengan bukunya: NAKED ECONOMICS" terbit tahun 2002 mencoba mengajarkan prinsip-prinsip dasar dalam ilmu ekonomi yang diambil dari pengalaman sehari-hari. Dengan jelas dan tidak berbelit-belit Wheelan menjelaskan peran "pasar" dalam analisis ekonomi. Tanpa sekalipun menggunakan grafik dan persamaan matematik, Wheelan mengutarakan kekuatan pasar dalam mempertemukan dan mengatur "permintaan" dengan "penawaran". Contoh yang terjadi dalam kehidupan masyarakat dijadikan landasan pemahaman atas suatu teori yang sering dianggap menjadi penghambat kelulusan mahasiswa yang memang harus mengambil mata kuliah teori ekonomi mikro. Bahkan dengan mudah buku ini memberikan penjelasan mengapa perlu ada "campur tangan pemerintah" (goverment's intervention) bila ternyata "pasar" tidak mampu mengatur alokasi dan distribusi dari barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat secara efisien dan efektif (market failure), dengan mudah dijelaskan mengapa Tom Cruise memilih menjadi bintang film dan kemudian terkenal di Hollywood, kalau sebenarnya dia juga bisa memilih menjadi penjual asuransi kendaraan bermotor. Karena pada dasarnya ilmu ekonomi adalah ilmu tentang memilih dan dalam kehidupan seseirang memang harus menentukan pilihan dari berbagai alternatif dan kemungkinan yang tersedia. Memang, setiap pilihan akan memiliki dampak tertentu. Dalam bahasa ekonomi, merupakan biaya yang harus ditanggung karena menentukan pilihan (opportunity cost). Bukankah kepemimpinan seseorang juga ditentukan dari keberanian memilih atau memutuskan pilihan dari berbagai alternatif beserta dampaknya yang telah dianalisis secara cermat oleh para staf.


2. Buku kedua yang lebih terkenal ditulis bersama oleh Steven d. Levitt dan Stephen J. Dubner berjudul: FREAKONOMICS dan terbit pada tahun 2005 yang lalu. Berbeda dengan Charles Weelan yang merupakan koresponden majalah The Economist du daerah "MIDWEST", AS, dan kemudian menjadi Direktur untuk Kebijakan Komunikasi dari Asosisasi Ekonomi di Amerika Serikat (AEA). Suatu penghargaaan dari asosisasi yang terhormat itu yang diberikan pada ekonom terbaik dari AS yang usianya masih dibawah 40thn. Sementara teman penulis, Stephen J. DUbner merupakan penulis lepas oada The New York Timers dan New Yoerker. Perkenalan dengan Levitt menulis mengenai ekonom muda yang berpikiran "nyeleneh" ini. Kerjasama keduannya dimulai dari pertemuan pertama tersebut.

Buku FREAKONOMICS ini tidak bakal dijadikan buku wajib dalam pengajaran ilmu ekonomi. Bahkan banyak ekonom senior di AS sendiri mempertanyakan dasar "keilmuan" dari analisis yang termuat dalam buku ini. Tetapi Levitt dan Dubner tidak peduli. Seperti ketidakpedualian Levitt atas saran isterinya, Jeannette, bahwa seharusnya dia potong rambut lebih dari tiga kali dalam satu tahun. Mereka tetap membuat analisis mengapa guru di sekolah menengah mempunyai persamaan dengan penggulat "sumo", olahraga tradisional di Jepang? Ternyata kedua jenis profesi ini sama-sama melakukan "penyelewengan" (cheating), meski dalam cara dan bentuk yang berbeda. Lalu apa dampak dari "penyelewenangan" tersebut pada kehidupan masyarakat? suatu analisis ekonomi yang dipadukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti: "mengapa pengedar narkoba kebanyakan masih tinggal dirumah orang tuannya" dianalisis secara tajam dengan peralatan ekonomi yang selalu diajarkan pada fakultas ekonomi biasa.

Pengajaran ilmu ekonomi tidak akan membosankan bila disampaikan dengan contoh kehidupan yang nyata sehari-hari. Mahasiswa tahun pertama akan mudah menerima, mengapa dalam kehidupan setiap pilihan mempunyai konsekuensi biaya. Bila saja contohnya adalah enam mahasiswa yang bersama-sama mengontrak sebuah rumah yang memiliki satu kamar madnid. Ketika keenamnya bangun bagi bersama, maka pilhan siapa yang mandi dahulu atau makan, mempunyai konsekuensi masing-masing. Atau seorang pemuda yang karena keterbatasan uang saku dari orang tuannya harus memilih antara tempat menonton film dan tempat makan pada malam mingguu bersama pacar atau malah calon tunanngnya. Contoh-contoh semacam ini lebih mudah dicerna sebelum membuat analisis yang rumit penuh dengan grafik dan matematik.

Penerbitan buku "NAKED ECONOMICS" yang disusul dengan "FREAKONOMICS" menyadarkan bahwa ilmu eknomi bisa diajarkan secara populer dengan contoh kehidupan biasa sehari-hari, tanpa harus meninggalkan analisis yang serius. Sudah barang tentu tanpa menggunakan model dan persamaan ekonometrika yang menjadi "mode", saat ini. Karena pada dasarnya ilmu ekonomi adalaj salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan. Lebih lagi manusia, sebagai subyek dan obyek dalam masyarakat, bukan sekedar angka atau persamaan matematika belaka. Tetapi memiliki jiwa, perasaan dan terlebih-lebih "intuisi ekonomi".