Friday, October 19, 2007

new classical and new keynesian

Review Teori Makroekonomi Lanjutan:
NEW CLASSICAL AND NEW KEYNESIAN


New Classical Macroeconomics
*Teori Klasik Baru Pasar Tenaga Kerja
Asumsi-asumsi teori klasik baru tentang pasar tenaga kerja yaitu:
a) Jumlah tenaga kerja yang diminta tergantung pada tingkat upah riel aktual.
b) Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan tergantung pada tingkat upah riel yang diharapkan.
c) Rata-rata tingkat upah secara kontinyu menyesuaikan menuju ekuilibrium atau keseimbangan pasar tenaga kerja.

*Demand Side Pasar Tenaga Kerja
· Tiap perusahaan menjual barang-barang dan jasa-jasa, dan pekerja mengetahui harga barang-barang dan jasa-jasa tersebut.
· Tiap perusahaan mengupah tenaga kerja didasarkan pada upah riel aktual. Jika dijumlahkan permintaan tenaga kerja yang dilakukan seluruh perusahaan dengan rata-rata tingkat gaji riel perusahaan, maka diperoleh agregat atau keseluruhan permintaan tenaga kerja.
· Jumlah permintaan agregat tenaga kerja tergantung pada tingkat upah riel rata-rata ekonomi aktual. Ini seperti teka-teki karena perusahaan tidak mengetahui tingkat harga aktual. Tiap perusahaan hanya mengetahui harga output yang dimilikinya, dalam kondisi agregat perusahaan menyikapinya jika mengetahui tingkat harga aktual. Artinya, jumlah permintaan agregat tenaga kerja agregat tergantung pada tingkat harga aktual.

*Supply Side Pasar Tenaga Kerja
Rumah tangga membeli barang-barang dan jasa-jasa, dan rumah tangga tidak mengetahui seluruh harga dari barang-barang dan jasa-jasa tersebut.
Rumah tangga mendasarkan keputusan penawaran tenaga kerja pada ekpektasi harga rata-rata barang dan jasa yang dibeli. Artinya, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan oleh rumah tangga ditentukan oleh ekspektasi tingkat upah riel.
Pada kondisi ekonomi keseluruhan, penawaran agregat tenaga kerja adalah penjumlahan penawaran tenaga kerja dari seluruh rumah tangga. Sehingga keputusan penawaran tenaga kerja tiap rumahtangga tergantung pada tingkat upah riel yang diekspektasi, sehingga akhirnya menjadi jumlah agregat tenaga kerja yang ditawarkan.

*Labour Market Equilibrium
Permintaan tenaga kerja tiap perusahaan tergantung pada harga output yang dimiliki. Sebagai konsekuensinya, permintaan agregat tenaga kerja tergantung pada tingkat harga aktual dan penawaran tenaga Kerja tergantung pada tingkat harga yang diekspektasi. Untuk suatu tingkat harga tertentu, upah ekuilibrium dan tingkat kesempatan kerja adalah berbeda untuk tiap tingkat harga berbeda.

* Implikasi-Implikasi Kebijakan Teori New Classical
Implikasi-implikasi kebijakan pada teori Klasik baru dikemukan pertama kali oleh Thomas Sargent (Hoover Institution dan the University of Chicago), dan Neil Wallace (the University of Minnesota). Mereka menemukan apa yang disebut proposisi kebijakan tidak efektif.
Proposisi kebijakan tidak efektif menyatakan bahwa perubahan yang diantisipasi dalam kebijakan moneter tidak memiliki pengaruh pada kesempatan kerja, output dan variabel riel lainnya. Dan menurut proposisi ini, hanya perubahan kebijakan yang tidak diantisipasi memiliki pengaruh-pengaruh riel. Jika kebijakan diantisipasi secara pasti, maka pergeseran kedua kurva adalah sama, perubahan tingkat harga dan GDP riel tidak terganggu.

* Riel Business Cycle Theory
Teori siklus bisnis riel (real business cycle theory) mendasarkan penjelasannya pada fluktuasi agregat bersifat exogenous, dan perubahan teknologi bersifat acak (random). Dalam bentuk ekstrim dinyatakan bahwa uang tidak memainkan peranan dalam meningkatkan fluktuasi agregat.
Teori siklus bisnis riel menitikberatkan pada kondisi alamiah yang tidak menentu pada proses ekspansi ekonomi.
Teori siklus bisnis riel Kyland dan Prescott’s tidak dapat menjelaskan fenomena pengangguran, tetapi teori siklus bisnis ini ditujukan untuk memasukan masalah tersebut dalam model. Tiga pendekatan untuk menjelaskan pengangguran yang konsisten dengan teori siklus bisnis riel adalah: tidak dapat dibagi tenaga kerja (indivisible labour), realokasi sektoral (sectoral reallocation), dan kreasi kerja (job creation) dan destruksi kerja (job destruction).

*Makroekonomi New Classical dan Pengangguran
Makroekonomi New Classical menghitung pengangguran melalu dua cara utama: pertama, tenaga kerja yang tidak dapat dibagi meningkat dari awal dan akhir membuat biaya-biaya perusahaan tidak efisien untuk beragam rata-rata jam kerja per tenaga kerja, dibandingkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Selanjutnya fluktuasi ekonomi menyebabkan kreasi kerja dan destruksi kerja.


New Keynesian Macroeconomics
*Teori new keynesian Pasar Tenaga Kerja
Teori Keynes baru tentang pasar tenaga kerja dikembangkan oleh Stanley Fisher (MIT), Edmund Phelp (Columbia University), John Taylor (Stanford University), dan Jo Anna Gray (the Washington State University). Landasan teori Keynes baru tentang pasar tenaga kerja secara umum adalah menentukan kontrak-kontrak dan disetujui tingkat upah uang. Teori Keynes baru menganggap upah uang dalam kontrak tetap, sehingga titik krusial pada pasar tenaga kerja itulah dikemukakan pada berbagai teori pasar tenaga kerja.
Menurut teori Keynes baru, pasar tenaga kerja tidak bertindak seperti pasar lelang dengan upah yang sering sekali disesuaikan untuk mencapai kesamaan antara jumlah tenaga kerja yang ditawarkan dan diminta. Jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta secara rata-rata. Pada suatu waktu, jumlah tenaga kerja yang diminta mungkin lebih atau kurang dari yang ditawarkan. Tiga asumsi-asumsi kunci dalam teori Keynes baru pada pasar tenaga kerja adalah sebagai berikut:
1. Upah uang adalah bersifat tetap pada waktu kontrak
Upah uang adalah kumpulan kontrak untuk disetujui sebelum waktu jumlah tenaga kerja ditawarkan dan diminta adalah diketahui. Rasionalisasi pemikiran Keynes baru seperti kontrak-kontrak melalui pembahasan atau perdebatan yang menghabiskan biaya tinggi untuk mengumpulkan informasi, dan negosiasi persetujuan upah. Biaya-biaya tersebut menyebabkan tidak efisiennya untuk penyesuaian upah secara kontinyu mencapai market clearing.
2. Upah uang adalah membuat ekspektasi jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan ekspektasi jumlah tenaga kerja yang ditawarkan.
Teori Keynes Baru mengasumsikan bahwa asosiasi-asosiasi pekerja dan perusahaan-perusahaan bersikap ekspektasi rasional pada permintaan dan penawaran untuk masa mendatang, dan kemudian sepakat pada tingkat upah yang membuat ekspektasi jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan ekspektasi jumlah yang ditawarkan. Asumsi ini adalah konsisten dengan ide dari asosiasi-asosiasi pekerja dan pekerja-pekerja yang rasional—mereka berusaha untuk mencapai hasil yang baik. Perusahaan-perusahaan dan asosiasi-asosiasi pekerja mengetahui bahwa upah yang terlalu tinggi akan menghasilkan tingkat kesempatan kerja yang terlalu rendah pada rata-rata dan terlalu banyak pengangguran. Mereka juga berusaha mengetahui bahwa upah terlalu rendah akan menghasilkan kekurangan tenaga kerja. Sehingga, asosiasi-asosiasi tidak berkepentingan untuk menekan upah tinggi sekali dan perusahaan tidak berkepentingan untuk menekan upah rendah sekali. Tiap-tiap dari mereka dapat menjadi lebih baik melalui persetujuan pada suatu upah tertentu, yang membuat ekspektasi jumlah tenaga kerja diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
3. Tingkat kesempatan kerja (employment) ditentukan melalui permintaan tenaga kerja aktual.
Kondisi-kondisi penawaran dan permintaan aktual pada pasar tenaga kerja diketahui hanya ketika pihak penawar dan pihak peminta tenaga kerja ketat dalam suatu kontrak tenaga kerja. Asumsi teori Keynes baru adalah perusahaan menentukan tingkat kesempatan kerja. Para pekerja diasumsikan siap untuk ditawarkan berapapun jumlah tenaga kerja diminta dalam pertukaran yang pasti pada upah uang tetap selama waktu kontrak.

*Menentukan Tingkat Upah Uang
Ekspektasi penawaran tenaga kerja didasarkan pada ekspektasi tingkat harga dan ekspektasi tentang jumlah penduduk yang dapat bekerja pada tingkat upa riel berbeda. Kurva ELS menunjukkan ekspektasi penawaran tenaga kerja. Ekspektasi permintaan tenaga kerja didasarkan pada ekspektasi tingkat harga dan perkiraan mengenai produktivitas marginal tenaga kerja, yang menentukan jumlah tenaga kerja yang disewa oleh perusahaanpada tiap kemungkinan tingkat upah riel. Kurva ELD menunjukan ekspektasi permintaan tenaga kerja

*Fluktuasi-Fluktuasi Kesempatan Kerja
Selama masa kontrak, kurva penawaran tenaga kerja adalah berbentuk garis horisontal. Para pekerja yang menyetujui tingkat upah dikontrak, juga setuju besarnya ditawarkan berapapun jumlah yang diminta perusahaan pada tingkat upah tersebut. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan ditentukan melalui permintaan tenaga kerja. Kekuatan yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja dapat diringkas menjadi dua:
1. Tingkat harga
2. Produk marginal tenaga kerja (marginal product of labour)

* Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek Keynes Baru
Teori new Keynesian pada upah uang secara implisit sebagai teori new keynesian pada penawaran agregat.

*Model-Model lain tentang Upah Riel Kaku
Empat pendekatan utama untuk menjelaskan kekakuan upah riel sebagai konsekuenasi dari efisien penyesuaian pasar tenaga kerja:
1. Kontrak-kontrak implisit: Kontrak-kontrak kesempatan kerja secara eksplisit menyatakan persetujuan antara para pekerja dan perusahaan-perusahaan, hanya hal umum yang ditulis, sedangkan dimensi tambahan tidak tertulis masuk dalam kontrak aktual. Dimensi tambahan yang tidak tersebut tersebut kontrak-kontrak implisit. Model ini aslinya berasal dari Bailey (1974), D.F. Gordon (1974), dan Azariadis (1975). Kemudian dikembangkan menjadi hipotesis tingkat alamiah (natural rate hypothesis) oleh Friedman (1968) dan Phelps (1968) yang lebih menekankan proses memaksimumkan perilaku untuk pasar tenaga kerja. Secara ringkas model ini menunjukan bahwa upah pekerja di suatu perusahaan ditentukan secara kontrak antara majikan dan serikat pekerja. Serikat pekerja akan melakukan negosiasi dan menandatangani kontrak kerja diantara pekerja yang diwakilinya untuk suatu periode tertentu. Selama masa kontrak tersebut baik majikan maupun pekerja akan mematuhi keputusan yang telah disetujui. Perubahan-perubahan dalam kegiatan ekonomi, seperti misalnya: resesi dan inflasi, tidak akan dengan mudah membuat perubahan kontrak yang telah disetujui. Bila perusahaan ingin menyesuaikan kontrak sebelum waktunya maka akan dapat mempunyai dampak yang tidak menguntungkan karena: a). Negosiasi kontrak memerlukan biaya dan waktu baik bagi pengusaha maupun serikat pekerja; b).Kegagalan dalam bernegosiasi dapat berdampak yang luas seperti terjadinya aksi mogok para pekerja: c). Bukan suatu strategi yang optimum bagi perusahaan untuk mengurangi upah, karena bila berlaku demikian akan banyak pekerja yang pindah ke perusahaan lain yang tidak menurunkan tingkat upahnya. Ini berarti bahwa dengan adanya serikat pekerja yang kuat, tingkat upah tidak dapat dengan mudah berubah seperti pada pasar persaingan sempurna. Sehingga terjadi kekakuan upah dan terutama upah akan sukar sekali untuk menurun apabila terjadi resesi. Kekakuan ini yang menyebabkan timbul masalah pengangguran yang tidak suka rela.
2. Informasi Asimetris: Kenyataan hidup dimana tiap orang memiliki pengetahuan tentang sesuatu dan relatif tidak memiliki pengetahuan tentang yang lainnya. Situasi ini disebut informasi asimetris. Tiap orang memiliki informasi asimetris terhadap pihak lain.
3. Insider-Outsider interest: model ini dikembangkan pada tahun 1980an oleh Lindbeck dan Snower. Pada
dasarnya teori ini menganggap pasar barang dan pasar tenaga kerja bersifat persaingan tidak sempurna. Bila dalam pasar tenaga kerja terdapat serikat pekerja dan jumlah perusahaan relatif terbatas, maka tingkat upah ditentukan dari perjanjian kontrak kolektif antara serikat pekerja dengan majikan. Dalam pasar yang demikian tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (i) yang menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang dalam (insider) dan (ii) yang tidak menjadi anggota serikat buruh atau disebut orang luat (outsider).
4. Upah efisiensi: teori ini dikemukakan oleh Gordon (1990), Yellen (1984), Katz (1986, 1988), Harley (1990) dan Weiss (1991). Solow (1979) memberi dasar pada model ini. Upah efisien akan sama dengan produk marginal yang dapat diturunkan berdasarkan syarat kondisi cukup untuk memaksimumkan keuntungan di suatu perusahaan. Menurut teori ini perusahaan cenderung untuk menetapkan upah yang lebih tinggi dari pada upah keseimbangan pasar persaingan sempurna. Ada empat alasan perusahaan untuk memberikan upah yang tinggi, yaitu:
a) Dengan upah yang lebih tinggi ini dimaksudkan untuk alat memaksimumkan disiplin pekerja dalam melaksanakan tugas. Upah yang tinggi akan membuat pekerja lebih giat bekerja dan meningkatkan produktivitasnya dan sumbangan kerjanya dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan. Upah yang tinggi ini menyebabkan mereka takut kehilangan pekerjaan dan hal ini menyebabkan mereka bekerja dengan lebih giat.
b) Untuk menghindari biaya penggantian pekerja. Dengan sistem upah yang baik maka kemungkinan pekerja keluar dari perusahaan dapat diperkecil, sehingga dapat dihindari pengeluaran biaya untuk mencari pekerja baru. Biaya yang timbul akibat keluarnya pekerja dari perusahaan dapat berupa: (i) kehilangan produksi dari pekerja lama yang sedang mencari pekerjaan baru, (ii) biaya untuk merekrut pekerja baru, (ii) biaya untuk memberi pelatihan kepada pekerja baru, dan (iv) pekerja baru mempunyai produktivitas yang lebih rendah.
c) Sebagai alat untuk memilih tenaga kerja yang berkualitas tinggi. Tenaga kerja yang tersedia bersifat heterogen, yang berbeda baik dari segi kepandaian, kerajinan ketekunan maupun sikap dalam menjalankan tugas. Apabila perusahaan menawarkan upah yang lebih tinggi, maka lebih banyak pekerja yang berkualitas akan melamar pekerjaan tersebut. Dengan demikian melalui upah yang lebih tinggi, perusahaan dapat memperoleh pekerja yang mempunyai mutu yang lebih baik.
d) Upah yang tinggi merupakan imbalan yang seimbang bagi pekerja yang mempunyai prestasi yang baik. Setiap pekerja mengukur penghargaan perusahaan terhadap dirinya berdasarkan tingkat upah yang dibayarkan, begitu juga perusahaan akan memberikan imbalan bagi pekerja yang giat melaksanakan kerja dengan sebaik mungkin sebagai tanda terima kasih. Ini merupakan imbalan yang seimbang baik bagi pekerja maupun bagi perusahaan.

* Implikasi-Implikasi Kebijakan Teori Keynes Baru
· Teori Keynes baru secara implisit menyatakan bahwa kebijakan stabilisasi (stabilization policy) aktif dapat digunakan untuk mempertahankan ekonomi pada kondisi kesempatan kerja penuh (full employment).
· Proposisi kebijakan tidak efektif tidak dapat diaplikasikan untuk model Keynes baru. Alasannya, suatu perubahan dalam permintaan agregat terjadi setelah kontrak-kontrak upah ditanda tangani, namun sebelum seluruh kontrak dilaksanakan diperbaharui dapat direaksi dengan perubahan kebijakan pada permintaan agregat, maka ekonomi akan kembali menuju kesempatan kerja penuh (full employment).