Saturday, October 20, 2007

Teori Ekonomi Tentang Nilai (Paradoks Air-Berlian)

Review Microeconomics Advance
Perkembangan Teori Ekonomi Tentang Nilai (Paradoks Air-Berlian)

Teori nilai, berkaitan dengan faktor-faktor menentukan "nilai" sebuah komoditas. Studi tentang subjek ini adalah teori mikroekonomi modern dan sangat erat berkaitan dengan subjek alokasi sumberdaya yang langka untuk tujuan-tujuan alternatif. Awal yang logis untuk memulai pembahasan ini adalah defenisi kata nilai. Sayangnya, arti istilah ini tidak konsisten di sepanjang perkembangannya. Saat ini, kita memandang "nilai" sebagai sinonim untuk "harga" sebuah komoditas. Namun, para ekonom filsuf yang lebih awal membuat perbedaan diantara harga pasar sebuah komoditas dengan nilainya. Istilah "nilai" dalam arti tertentu dipandang sebagai sinonim dengan "kepentingan","hakekat", atau (kadang-kadang) "kemuliaan". Karena "harga" dan "nilai" merupakan konsep yang terpisah, keduanya berbeda, dan kebanyakan pembahasan ekonomi awal terpusat pada perbedaan ini.


*Harga Yang Adil
St. Thomas Aquinas percaya bahwa nilai ditetapkan secara ilahi. Karena harga ditetapkan oleh manusia, harga sebuah komoditas mungkin berbeda dengan nilainnya. Seseorang yang dituduh menetapkan harga yang berlebihan untuk nilai sebuah barang dinyatakan bersalah dalam menetapkan harga yang "tidak adil". Misalnya, St.Aquinas percaya bahwa suku bunga yang "adil" adalah 0. Setiap peminjaman uang yang menuntut pembayaran untuk penggunaan uang dinyatakan mengenakan harga yang tidak adil dan dapat--dan seringkali dikenakan hukuman oleh rohaniawan.


*Paradoks Air-Berlian
Para ekonom ilmiah yang awal, seperti Adam Smith (1723-1790) dan David Ricardo (1772-1823), terus membedakan nilai dengan harga. Bagi Smith misalnya, nilai sebuah komoditas berarti "nilainya dalam penggunaan," sementara harga mewakili "nilainya dalam pertukaran." Perbedaan di antara kedua konsep ini diilustrasikan dengan paradoks air-berlian yang terkenal. Air, yang jelas memiliki nilai tinggi dalam penggunaan, memiliki nilai yang rendah dalam pertukaran (harganya rendah); berlian memiliki kegunaan praktis yang rendah tetapi memiliki nilai tinggi dalam pertukaran. Paradoks yang diperdebatkan oleh para ekonom awal ini berasal dari observasu bahwa beberapa barang yang sangat "berguna" memiliki nilai rendah, sementara beberapa barang yang "tidak penting" memiliki harga tinggi.
Teori Tenaga Kerja Tentang Nilai PertukaranBaik Smith maupun Ricardo tidak dapat menyelesaikan paradoks air-berlian dengan memuaskan. Konsep nilai dalam penggunaan diserahkan kepada para filsuf untuk diperdebatkan, sementara para ekonom mengalihkan perhatian mereka pada usaha untuk menjelaskan faktor-faktor penentu nilai dalam pertukaran (yaitu, menjelaskan harga relatif). Jelas salah satu kerangan yang mungkin adalah bahwa nilai pertukaran barang ditetap oleh biaya untuk memproduksi barang tersebut. Biaya produksi terutama dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja--setidaknya hal ini berlaku pada jaman Smith dan Ricardo--dan karena itu, teori tenaga kerja tentang nilai segera dikembangkan. Misalnya, dengan mengutip contoh dari Smith, jika mematikan seekor rusa memerlukan jumlah jam kerja tenaga kerja dua kali lebih besar daripada mematikan seekor berang-berang, maka seekor rusa harus dipertukarkan dengan dua berang-berang. Demikian pula, berlian relatif lebih mahal produksinya memerlukan masukan tenaga kerja yang lebih besar.Tetapi bagaimana penjelasan tentang nilai pertukaran tersebut di atas dapat diterapkan untuk sumberdaya produktif lainnya? Bagaimana pembayaran sewa dan peralatan model dimasukan dalam penetapan harga? Ricardo menjawab masalah ini dengan analisis yang cerdik. Ia berargumentasi bahwa biaya penggunaan modal dapat dipandang juga sebagai biaya tenaga kerja, dalam bentuk tenaga kerja yang diinvestasikan beberapa tahun yang lalu ketika mesin tersebut diproduksi. Dengana cara ini, setiap biaya modal akhirdnya dapat ditelusir kembali ke masukan tenaga kerja yang utama. Ricardo menyingkirkan biaya sewa dengan mengajukan teori bahwa sewa bukan merupakan fakto penentu nilai. Karena itu, kita menerima teori tenaga kerja tentang nilai yang murni: harga relatif dua komoditas ditentukan oleh masukan tenaga kerja langsung dan tidak langsung dipergunakan oleh masing-masing barang.Bagi para mahasiswa yang baru sedikit mengenal apa yang sekarang kita sebut sebagai hukum permintaan dan penawaran sekilipun, penjelasan Ricardo di atas pasti tampak aneh. Apakah ia tidka menyadari pengaruh permintaan terhadap harga? Jawaban atas pertanyaan ini ialah "ya" dan "tidak". Ia mengamati adanya periode-periode dimana harga meningkat dan merosot dengan cepat dan menyatakan bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh pergeseran permintaan. Tetapi, ia memandang perubahan tersebut sebagai kejadian-kejadian yang tidak normal yang dihasilkan oleh peredaan yang sementara antara harga pasar dengan nilai tenaga kerja. Karena ia tidak benar-benar menyelesasikan paradoks nilai dalam penggunaan, ia tidak mau, atau tidak mampu memberikan peran yang lebih dari sekedar peran sementara bagi permintaan dalam menetapkan harga pertukaran. Sebaliknya, Ricardo percaya bahwa nilai pertukaran jangka panjang semayta-mata ditetapkan oleh biaya tenaga kerja dalam produksi.


*Revolusi Marginal: Nilai dalam Penggunaan Dipertimbangkan Kembali
Antara tahun 1850 sampai 1880, para ekonom semakin menyadari bahwa untuk mengembangkan sebuah alternatif yang memadai disamping teori Ricardo tentang nilai, mereka harus menangani paradoks nilai dalam penggunaan. Selama dekade 1870-an, beberapa ekonom mengajukan bahwa bukan kegunaan total sebuah komoditas yang membantu menetapkan nilai pertukaran barang tersebut, melainkan kegunaan unit terakhir yang dikonsumsi. Misalnya, air jelas sangat berguna--air diperlukan untuk semua kehidupan. Namun, karena air relatif banyak, menggunakan setengah liter air tambahan (cateris paribus) secara relatif memiliki nilai yang rendah bagi masyarakat. "Kaum marginalis" ini mendefinisikan kembali konsep nilai dalam penggunaan dari sebuah gagasan tentang kegunaan keseluruhan dibandingkan satu kegunaan marginal, atau tambahan--kegunaan satu unit tambahan dari sebuah komoditas. Konsep permintaan untuk satu keluaran tambahan ini sekarang akan dipandingkan dengan analisis Ricardo tentang biaya produksi untuk menghasilkan gambaran yang menyeluruh tentang penetapan harga.


*Sintesis Permintaan-Penawaran Marshall
Pernyataan paling jelas tentang prinsip-prinsip marginal disajikan oleh ekonom Inggris Alfred Marshall (1842-1924) dalam bukunya Principle Economics, yang diterbitkan pada tahun 1890. Marshall menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran secara bersamaan (simultan) beroprasi menetapkan harga. Seperti dicatat oleh Marshall, seperti anda tidak dapat menyatakan sisi gunting yang mana yang melakukan pemotongan, anda tidak dapat mengatakan apakah penawaran atau permintaan yang menetapkan harga. Analisis ini diilustrasikan dengan diagram silang Marshall (Diagram silang penawaran-permintaan Marshall).Marshall berteori bahwa permintaan dan penawaran berinteraksi untuk menetapkan harga ekuilibrium (P*) dan jumlah (Q*) yang diperdagangkan dipasar. Ia menyimpulkan bahwa tidak mungkin dikatakan bahwa baik permintaan maupun penawaran itu sendiri yang menetapkan harga, atau biaya atau kegunaan bagi pembeli itu sendiri yang menetapkan nilai pertukaran.


*Paradoks Air-Berlian Diselesaikan
Model Marshall menyelesaikan paradoks air-berlian. Harga mencerminkan evaluasi marginal yang diberikan oleh mereka yang memerlukan barang dan biaya marginal dalam memproduksi barang tersebut. Dipadangan dengan cara ini, tidak ada paradoks. Air memiliki harga yang rendah, karena air memiliki nilai marginal yang rendah dan biaya produksi marginal yang rendah pula. Sebaliknya, berlian memiliki harga tinggi, karena memiliki nilai marginal yang tinggi (karena relatif langka) dan biaya produksi marginal yang tinggi pula. Model dasar permintaan dan penawaran ini mendasari banyak analisis ekonomi.


*Model Ekuilibrium Umum
Meskipun model Marshal merupakan alat yang sangat bergunan dan luwes, namun model ini merupakan model ekuilibrium parsial (keseimbangan parsial), yang hanya melihat pada satu pasar pada setiap saat. Untuk beberapa masalah, penyempitan sudut pandangan dapat memberikan pendalaman yang berharga dan kesederhanaan analisis. Untuk masalah-masalah lain yang luas, sudut pandang yang sempit ini kemungkinan menghalangi ditemukannya saling ketergantungan yang penting. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih umum, kita harus memiliki sebuah model untuk keseluruhan perekonomian yang cukup mencerminkan sifat ketergantungan diantara bergaia pasar dan berbagai pelaku ekonomi. Seorang ekonom Perancis, Leon Walras (1831-1910), yang mengembangkan tradisi kontinental yang panjang untuk analisis seperti ini, menciptakan dasar untuk penelitian modern tentang masalah luas ini. Metodenya dengan merepresentasikan perekonomian dengan sejumlah besar persamaan yang bersamaan membentuk dasar bagi pemahaman ketergantungan yang implisit dalam analisis ekulibrium umum (keseimbangan umum). Walras menyadari bahwa kita tidak dapat membicarakan sebuah pasar secara terpisah; yang diperlukan adalah sebuah model yang memungkinkan pengaruh-pengaruh sebuah perubahan dalam satu pasar yang diikuti oleh pasar-pasar lainnya.Misalnya, anggaplah harga gandum akan meningkat. Analisis Marshall akan berusaha memahami alasan ini dengan melihat kondisi penawaran dan permintaan di pasar gandum. Analisis ekuilibrium umum akan melihat tidak hanya pada pasar gandum, tetapi juga pada gema kenaikan gandum di pasar-pasar lainnya. Kenaikan harga gandum akan meningkatkan biaya pabrik roti, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kurva penawaran untuk roti. Demikian pula, kenaikan harga gandum kemungkinan berarti harga tanah lebih tinggi bagi para pemilik tanah, yang akan mempengaruhi kurva penawaran untuk semua produk yang dibeli pemilik tanah tersebut. Kurva permintaan untuk mobil, perabotan, dan perjalanan ke Eropa dari pemilik tanah tersebut akan bergeser, dan hal terseut akan memberikan pednapatan tambahan bagi mereka yang menyediakan produk-produk tersebut. Akibatnya, pengaruh kenaikan awal dalam permintaan atas gandum, akhirnya akn menyebar ke seluruh perekonomian. Analisis ekulibrium umum berusaha untuk mengembangkan model-model yang memungkinan kita untuk meneliti pengaruh tersebut dalam situasi yang disederhanakan.


*Batas Kemungkinan Produksi
Secara singkat kita memperkenalkan model ekuilibrium umm dengan menggunakan sebuah grafik--batas kemungkinan produksi. Grafik ini memperlihatkan berbagai jumlah dari dua barang yang dapat diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam periode yang sama. Karena batas kemungkinan produksi memperlihatkan dua barang, bukan satu barang seperti dalam model Marshall, maka batas ini dipergunakan sebagai dasar untuk model ekulibrium umum. Model batas kemungkinan produksi memberikan dua ekuilibrium umum yang tidak jelas dalam model penawaran dan permintaan Marshall untuk satu pasar. Hasil pertama, adalah bahwa memproduksi satu barang tambahan berarti mengurangi produksi barang lainnya karena kelangkaan sumberdaya. Para ekonom sering kali (kemungkinan terlalu sering) menggunakan pernyataan "no free lunch" untuk menerangkan bahwa setiap tindakan ekonomi memiliki biaya kesempatan. Hasil kedua, yang diperlihatkan dalam batas kemungkinan produksi adalah bahwa biaya kesempatan ini bergantung pada berapa jumlah yang diproduksi untuk setiap barang. Batas ini seperti kurva penawaran untuk dua barang--memperlihatkan biaya kesempatan dalam meningkatakan produksi salah satu barang sebagai penurunan jumlah produksi barang kedua. Karena itu, batas kemungkinan produksi merupakan alat yang berguna, terutama untuk meneliti beberapa pasar secara simultan.


*Ekonomi Kesejahteraan
Disamping penggunaannya untuk meneliti pertanyaan positif tentang bagaimana perekonomian beroperasi, alat-alat yang dipergunakan dalam analisis ekuilibrium umum juga diterapkan dalam mempelajari pertanyaan-pertanyaan normatif tentang keinginan sosial terhadap berbagai pengaturan ekonomi. Meskipun pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan fokus utama bagi banyak ekonom besar selama abad delapan belas dan sembilan belas (Smith, Ricardo, Marx, Marshall dan sebagainya), kemungkinan kemajuan yang juga paling berarti dalam studi ini dilakukan oleh ekonom Inggris Francis Y. Edgeworth (1848-1926) dan ekonom Italia Vilfredo Pareto (1848-1923) dalam awal abad dua puluh. Kedua ekonom ini membantu memberikan definsi yang tepat untuk konsep "efisiensi ekonomi" dan memperlihatkan kondisi-kondisi dimana pasar mampu mencapai sasaran tersebut. Dengan menjelaskan hubungan antara alokasi sumberdaya dan penetapan harga sumberdaya, mereka memberikan beberapa dukungan untuk gagasan, yang pertama-tama dinyatakan oleh Adam Smith, bahwa pasar yang berfungsi sebagai mana mestinya menyediakan sebuah "tangan yang tak terlihat" yang membantu mengalokasikan sumberdaya secara efisien.
Perkembangan TerakhirPerkembangan yang besar pertama, setelah Perang Dunia Kedua dalam teori mikroekonomi adalah klarifikasi dan formalisasi asumsi-asumsi dasar yang dibuat tentang individu dan perusahaan. Tonggak utama dalam perkembangan ini adalah diterbitkannya foundations of economic analysis oleh Paul Samuelson pada tahun 1947, (pemenang hadiah nobel pertama untuk ilmu ekonomi) meletakkan sejumlah model perilaku optimisasi. Samuelson menunjukkan pentingnya mendasari model optimisasi dengan dalil-dalil matematis yang dinyatakan dengan baik, sehingga berbagai teknik optimisasi dari matematika dapat diterapkan. Kekuatan pendekatannya ini tidak disangkal lagi membuat matematika sebagai bagian integral dari ilmu ekonomi modern.Kemajuan besar kedua, adalah perkembangan model ekuilibrium umum yang memungkinan penelitian secara bersamaan terhadap operasi berbagai pasar. Pada akhir dekade 1950-an, Gerard Debreu memperlihatkan bahwa gagasan teoritis tentang himpunan dapat dipergunakan untuk meneliti masalah ekuilibrium umum tentang harga pembersihan pasar dengan cara yang sangat ringkas dan sangat mudah dipecahkan. Kemudian, para ekonom seperti Kenneth Arrow dan Frank Hahn memperlihatkan bagaimana pendekatan ini dapat digeneralisasikan dalam berbagai cara untuk memungkinkan pemahama yang lebih penuh tentang bagaimana sejumlah besar pasar beroperasi untuk menetapkan alokasi sumberdaya keseluruhan. Kemajuan teoritis terakhir selama periode pascaperang adalah dimasukkannya ketidakpastian (uncertainty) dan informasi yang tidak sempurna (imperfect information) dalam model-model ekonomi. Beberapa asumsi dasar yang dipergunakan untuk meneliti perilaku dalam situasi yang tidak pasti pada awalnya dikembangkan pada tahun 1940-an dalam kaitannya dengan teori permainan (game theory dari John von Neummann dan Oscar Morgenstern). Perkembangan berikutnya memperlihatkan bagaimana gagasan-gagasan ini dapat dipergunakan untuk menerangkan mengapa para individu cenderung menolak resiko dan bagaimana mereka mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang mereka hadapi.

Reference: Microeconomics Theory Basic principles and extentions by Waltern Nicholson.