Review Filsafat Ilmu Ekonomi:
The Logic of Capitalist Development
1. Formasi Sosial Kapitalisme
Karakteristik institusi-institusi dan perserikatan-perserikatan menyebabkan formasi sosial (social formation) menjadi amat menarik. Formasi sosial kapitalisme tumbuh secara baik pada masyarakat primitif (primitive society), jika sistem kapitalisme tumbuh sebagai klas dominan dan kesepakatan umum.
Perbedaan formasi sosial kapitalisme dari formasi sosial lainnya, bukan berdasarkan karakter yang hierarki, namun kekuatan dan dominasinya dilakukan melalui akumulasi kapital dan dimanifestasikan melalaui pasar dan hak kepemilikan.
Rejim kapitalisme memiliki berbagai variasi bentuk di negara-negara Eropa Utara hingga negara-negara di Afrika Selatan. Berdasarkan pandangan politik dan ideologi kapitalisme, akumulasi kapital menguntungkan karena memberikan kekuatan dan kehidupan nasional, tidak hanya terpusat pada kehidupan ekonomi semata, namun juga sosial dan politik.
Logika kapitalisme yang paling mendasar dinyatakan sebagai akumulasi. Kekuatan dasar akumulasi dijalankan melalui sistem pencarian profit—sistem pencarian profit mencapai hasilnya tergantung pada formasi sosial kapitalisme secara keseluruhan.
Kapitalisme memberikan hasil yang berbeda pada periode yang berbeda, dan bangsa-bangsa kapitalisme memiliki cara yang tidak sama dan memiliki banyak variasinya, kapitalisme sebagai petunjuk jalan untuk mencapai profit.
Perkembangan logika kapitalisme menjadi tujuan utama seluruh riset yang dilakukan ahli ekonomi yakni Smith, Mill, Marx, Keynes dan Schumpeter menjelaskan sebagai “grand-drama” bahwa akumulasi sebagai dasar dan bagian integral dari prinsip sistem kapitalisme. Studi Smith hingga Schumpeter menyatakan bahwa proses akumulasi tergantung pada kemampuan klas kapitalis untuk menggali profit dengan sistem kapitalisme.
Kemampuan kapitalisme juga tergantung pada pengakuan hak kepemilikan produksi (property rights). Hak kepemilikian memiliki fungsi antara kepentingan bisnis dan kepentingan negara. Secara umum dipahami untuk mengumpulkan akumulasi dibutuhkan pra-kondisi disebut “rejim kapitalisme” —kapitalisme sebagai bentuk formasi sosial dimana akumulasi kapital dijadikan sebagai dasar kehidupan sosial politik.
Seluruh skenario formasi sosial kapitalisme dianggap sebagai evolusi material yaitu pertumbuhan dan perubahan. Para ahli ekonom menyatakan proses akumulasi adalah badan sosial bukan hanya ekonomi, perubahan di dalam akumulasi memberikan pengaruh besar bagi perubahan sosial menjadi lebih baik atau lebih buruk, tergantung pada sistem klas-klas sosial. Namun, seluruh skenario formasi sosial tersebut juga memandang rejim kapitalisme memiliki keterbatasan pada masa mendatang.
Adam Smith menjelaskan sistem kapitalisme mencapai tataran paling tinggi, ketika akumulasi kekayaan “complete” membawa pada kemunduran yang mendalam dan lama. John Stuart Mill berharap adanya “stationary state”, dimana akumulasi berhenti dan kapitalisme bersahabat dengan sosialisme. Marx menjelaskan krisis kapitalisme makin memburuk melalui kontradiksi-kontradiksi dalam akumulasi—Ketika sistem kapitalisme tidak memiliki kemampuan untuk mengelola rintangan, sehingga melahirkan kontradiksi-kontradiksi dalam akumulasi itu sendiri. Keynes berpikir pada masa mendatang dibutuhkan “sosialisasi secara komprehensif tentang investasi”; dan Schumpeter berpikir akumulasi berevolusi dalam sosialisme.
Logika sistem kapitalisme menyatakan perubahan akumulasi menimbulkan perubahan struktural (structural change) dalam sistem kapitalisme—Perubahan-perubahan tersebut dapat mengubah cara dalam mengejar kapital.
2. Struktur Logika Kapitalisme
Secara umum transformasi struktural logika kapitalisme menghasilkan perubahan dalam kapital, yang menimbulkan transisi pada kapitalisme industri. Bentuk logika kapitalisme tersebut membangun model kapital “fixed”—mesin-mesin dan peralatan, pabrik-pabrik dan bangunan-bangunan, transportasi dan kekuatan jejaring, serta fasilitas-fasilitas riset.
Kapital dikumpulkan dan diinvestasi berdasarkan dua pertimbangan: Pertama, kekuatan untuk memperoleh kapital dari tenaga kerja, karena mesin-mesin dapat meningkatan produktivitas tenaga kerja. Kapital-kapital memungkinkan individu meningkatkan profitabilitas, karena biaya tenaga kerja per unit output menurun.
Kedua, kapital meningkatkan produktivitas pada tingkat yang sama. Kemampuan untuk memotong biaya-biaya sangat penting artinya, dimana firm mencari cara menyerbu pasar kompetitor, atau menghancurkan pesaing. Kapital fixed dibutuhkan untuk memperoleh produk-produk baru, untuk mengejar “rents” yang langka.
Struktural logika akumulasi dimulai dari kecenderungan kekuatan kapital untuk mengembangkan produktivitas—kecenderungan berintegrasi dengan aspek-aspek sirkut Money-Commodity-Money(M-C-M). Namun, meningkatkannya kemampuan menimbulkan dua pengaruh merusak dan mengacaukan sirkuit M-C-M. Pertama, efek-efek yang timbul dari kapital fixed menyebabkan “crowding out” tenaga kerja. Marxian menjadikan sebagai dasar nilai-surplus yang dapat digali, karena itu cenderung menurunkan tingkat profit. Kalangan Konvensional, tidak mengakui eksistensi nilai-surplus, karena crowding out tenaga kerja berasal dari pengaruh teknologi yang menyebabkan pengangguran. Kedua, berdasarkan perspektif Marxist dan Non-Marxist, efek kapital fixed memperbesar kapasitas fisik industri-industri secara individual. Menurut Marx, output cenderung memperburuk ketidakseimbangan penawaran dan permintaan sebagai “anarchy” ekonomi kapitalisme. Ahli ekonomi lainnya, mengatakan output adalah sumber kejenuhan pasar individu yang dapat membawa kerusakan ekonomi sangat besar, ketika pasar memiliki kepentingan yang sangat besar.
Akumulasi menimbulkan pertentangan antara menaikkan kapasitas produktif di satu pihak, dan keterbatasan kapasitas pada mekanisme pasar di lain pihak. Pertentangan logika ini diwujudkan dalam konflik yang dikatakan Marx sebagai “unconditional development” dan “limited purpose” dari kapital yang dapat terjadi ketika produktivitas tinggi. Karena keterbatasan kapital diorientasikan pada profit, bukan berorientasi bagi kebaikan sosial. Menurut Marx,“hambatan terbaik pada akumulasi kapital adalah kapital itu sendiri”.
Mandel I menyatakan terjadinya perubahan mendalam kekuatan akumulasi kapital, ketika akumulasi kapital menentukan profitabilitas yang berlaku dalam sistem kapitalisme. Mandel menitikberatkan kekuatan akumulasi kapital berkaitan dengan konfigurasi politik dan teknologi yang sangat menentukan boom ke tahap berikutnya.
Gordon menitikberatkan pengaruh “social structure” pada akumulasi kapital secara keseluruhan. Model penyebaran tenaga kerja ke dalam perusahaan industri, strategi kompetitif, hubungan bisnis-pemerintah, dan sebagainya memberikan gambaran dampak struktur sosial tertentu pada akumulasi kapital. Struktur sosial tertentu mendorong investasi, melahirkan kesempatan ekspansif, dan menghilangkan kendala-kendala institusional. Pengaruh akumulasi menciptakan aturan baru—pengembangan tenaga kerja, organisasi pasar, regulasi pemerintah, dll—memiliki kemampuan untuk menumpuk profit melalui tenaga kerja secara lebih baik.
3. Pembagian Kerja dan Akumulasi Kapital
Menurut Smith prinsip pembagian kerja, memberikan kekuatan pada proses akumulasi, dimana kekuatan akumulasi tergantung pada pembagian kerja seperti disiplin kerja, ketrampilan individu, spesialisasi dan tugas yang berulang-ulang. Secara keseluruhan memberikan pengaruh besar pada mekanisme produksi, dan menjadi sumber dorongan yang dinamakan revolusi industri.
Smith mempercayai kesempatan kerja memilik efek ganda pada individu yang bekerja. Pertama, meningkatnya material karena proses akumulasi dipertahankan pada kondisi steady dengan meningkat upah riel yang membuat pekerja lebih baik. Kedua, masalah moral dan kecerdasan intelektual disisi lain memburuk, akibat mekanisme pembagian kerja dimana upah bersifat lebih “liberal”.
Pada periode revolusi industri, Smith melakukan dua kesalahan. Pertama, suku bunga tidak ditunjukkan untuk membantu kerja sosial. Kenaikan harga material diantisipasi dengan mempekerjakan working class, karena Smith tidak meramalkan munculnya bencana besar kekuatan kerja proletarianisasi. Kedua, ekspektasi working class menghilangkan “martial spirit” tidak terbukti. Kemarahan proletariat meningkat dengan menolak gerakan religius, memacetkan mesin dan pembakaran pabrik, protes massal hingga akhirnya terjadi “revolusi” kecil.
Lintasan sejarah kapitalisme dimanifestasikan sebagai model baru organisasi produksi yang ditentukan melalui ekspansi kapital, yang membawa efek pada dua sisi—dorongan untuk output dan kekacauan kondisi sosial-ekonomi, sehingga terjadinya intensifikasi dan magnifikasi, menurut Marx sebagai zaman “manufacturer” yang memberikan jalan bagi lahirnya gelombang kedua, disebut zaman “machinofacture”.
4 Homogenisasi, Perang Harga dan Patriotisme
Gordon, Edwards dan Reich menjelaskan kekuatan produksi memiliki peranan penting dalam mendefinisikan struktur akumulasi pada sistem kapitalisme. Perubahan dalam posisi pekerja menimbulkan homogenisasi tenaga kerja, dan homogenisasi tenaga kerja hingga “drive system”.
Homogenisasi tenaga kerja secara besar-besaran semakin memperluas kapital. Dengan Drive system, sejumlah besar pekerja terhempas kekuatan mesin dalam menghasilkan output, proses transformasi tersebut menyebabkan terjadinya gangguan dan merusak interaksi. Perusahan-perusahaan nasional dengan investasi besar pada pabrik dan peralatan “run full”. Run-full mengurangi biaya-biaya unit setiap firm, sehingga konsekuensinya terjadi kompetisi tidak terkelola menjadi “cut-throat” seperti perang harga. Untuk menghambat meluasnya kerusakan di Eropa membentuk kartel dan proteksi internasional, dan di Amerika Serikat dengan persatuan dan persetujuan pemotongan harga. Destabilisasi perang harga pada akhir abad 19, ditempuh dengan perserikatan dan merger, dan “price leadership” industri oligopoli dan intervensi melalui regulasi pemerintah. Revitalisasi sistem tahun 1930-an yakni Popular Front di Prancis, Nazi di Jerman, rejim fasis di Italia, dan New Deal di Amerika.
Menurut Marx, peranan penting polarisasi klas-klas pada dinamika kapitalisme adalah mempertemukan akumulasi. Kemampuan rejim kapitalisme dicapai melalui “patriotisme” yang bersumber dari proses akumulasi. Patriotisme adalah ketika ekonomi melimpah. Sejarah patriotisme ekonomi di Amerika dan Eropa berbeda. Di Amerika Serikat, ketaatan working class menjadi hal yang serius. Homogenisasi tenaga kerja di pabrik baja dan mobil, penindasan rasial dan etnis, menjadi momentum awal dan menjadi dasar munculnya ketaatan working class. Logika politik dan ideologi kapitalisme di Amerika direfleksikan dengan logika ekonomi yang sangat sukses dengan cara, menyediakan “department” store, pembayaran “installment”, dan bujukan agen-agen iklan atas “prestige goods” menjadi bukti dijalankanya sistem kapitalisme.
Menurut Engels, “embourgeoisement” klas pekerja di Eropa (semangat revolusi tahun 1980-an atau Paris Commune), dimana working class bangkit setelah perang dunia pertama di Jerman, serangan umum ke Inggris 1926, dan revolusi komunis di Rusia 1917, sebagai bukti sistem sosialisme menjadi tantangan rejim kapitalisme. Namun, seluruh kekacauan dan retorika sosialisme tentang working class di Eropa, pada kenyataanya tidak pernah mampu mengulingkan rejim kapitalisme.
5. Teknologi dan Akumulasi Kapital
Tingkat kemampuan teknologi baru memberikan kemungkinan baru dan imperatif pada akumulasi. Peningkatan profit sangat tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan rente-monopoli. Pengaruh ilmu pengetahuan pada firm mengubah karakter angkatan kerja. Mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja semi-skill dan meningkatkan struktur tenaga kerja profesional atau terlatih. Teknologi “high” yang dikombinasi dengan keahlian tenaga kerja dapat meningkatkan profit.
Teknologi memiliki kemampuan memperluas skala kapital. Peningkatan produksi dilakukan pada lokasi-lokasi yang tidak banyak membutuhkan tenaga buruh (coolie). Komoditi diberi label “Made in Hong Kong” memberikan peningkatan luar biasa pada produksi tersebut, dan menjadi simbol kemampuan kapital untuk mengerakan tenaga kerja rendah atau tempat distribusi strategis yang memberikan keuntungan kompetitif.
Internasionalisasi kapital dapat meningkatkan keuangan global, pinjaman internasional dan kemampuan pergerakan kapital pada skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Industri di Hongkong dengan pusat keuangan di Karibia, aliran keuangan bergerak dari satu negara ke negara lain, karena tingkat bunga atau kepentingan bisnis.
Akumulasi dan teknologi memberikan pengaruh positif dan menentukan perubahan struktur sosial kapitalisme. Teknologi baru, memberikan dukungan pada konsumsi negara dalam waktu yang panjang dan memiliki kekuatan meningkatkan konsumsi. Dalam waktu dua dekade di Jerman dan Jepang ditransformasikan dari korban perang menjadi “miracles” ekonomi.
Setelah perang, mekanisme kerja kapitalisme menyebabkan kecenderungan terjadinya kenaikan inflasi, hingga menjadi ancaman. Secara bertahap semakin meluasnya dan mendalamnya intervensi pemerintah pada kegiatan ekonomi yakni sektor rumahtangga dan sektor-sektor bisnis, sehingga mengubah ekspektasi secara radikal di dalam proses akumulasi kapital. Dari perspektif ini, bias inflasi dapat diungkapkan karena akumulasi dikelola dengan cara ekonomi tradisional.
6. Refleksi atas Kapitalisme
Kesulitan-kesulitan yang mengunung pada akhir tahun 1970-an dan awal 1980-an menjadi dasar pertimbangan krisis intervensi. Karakter kesejahteraan sebagai restriksi intervensi negara dalam memecahkan masalah krisis. Krisis intervensi menyebabkan situasi kritis menjadi dilema secara sosio-politik.
Logika akumulasi kembali menjadi pusat perhatian, seperti kata-kata filosof kemampuan kapitalisme beradaptasi menghadapi tekanan membutuhkan kondisi sejarah yang kontinyu. Adaptasi terhadap perubahan waktu menjadi kekuatan besar untuk mendorong reorganisasi institusional secara periodik sebagai bagian integral proses akumulasi, dan pada masa mendatang akumulasi memiliki kemampuan menimbulkan kesulitan-kesulitan dengan konfigurasi baru.