Friday, October 19, 2007

classical and keynesian

Review Teori Makroekonomi Lanjutan:
THE CLASSICAL AND KEYNESIAN MODEL

Model penawaran permintaan agregat dan model penawaran agregat dipelajari dalam model utama pada makroekonomi modern. Model ini dibagi dalam dua model khusus yaitu Klasik dan Keynesian.

The Classical Model
Model klasik adalah didasarkan pada asumsi utama makroekonomi Klasik yaitu kegiatan ekonomi menyesuaikan mengikuti mekanismenya sendiri, dimana selalu menuju pada kesempatan kerja penuh (full employment).
Menurut model Klasik bahwa fungsi pasar secara baik dan efisien untuk meningkatkan alokasi sumberdaya-sumberdaya tanpa perlu meningkatkan intervensi secara aktif.

*Aggregate Demand
Dalam pandangan Klasik, dari seluruh faktor yang kemungkinan mempengaruhi permintaan agregat, hanya satu faktor yang jelas pengaruhnya adalah penawaran uang. Perubahan dalam penawaran uang akan menyebabkan perubahan permintaan agregat.
Kebijakan fiskal sebagai satu kebijakan perubahan dalam pembelanjaan pemerintah pada barang-barang dan jasa-jasa, atau perubahan pajak tidak memiliki pengaruh pada permintaan agregat. Menurut pandangan Klasik, meningkatnya pembelanjaan pemerintah atau pemotongan pajak menyebabkan meningkatnya tingkat bunga. Tingginya tingkat bunga menyebabkan pengeluaran investasi dan konsumen menurun.
Model Klasik memiliki pandangan yang sama, bahwa faktor luar negeri mempengaruhi permintaan agregat. Perubahan dalam permintaan luar negeri pada barang-barang dan jasa-jasa domestik (hasil dari salah satunya yaitu perubahan pendapatan riel luar negeri atau tingkat harga luar negeri) menyebabkan perubahan dalam tingkat nilai tukar, dan tingkat penyesuaian nilai tukar untuk mengurangi pengaruh-pengaruh perubahan dalam perekonomian luar negeri (dunia) terhadap permintaan agregat domestik.

*Aggregate Supply
Makroekonomi klasik tidak membuat perbedaan antara penawaran agregat jangka panjang dan penawaran agregat jangka pendek. Hanya satu kurva penawaran agregat dan kurvanya berbentuk vertikal---jumlah GDP riel tidak tergantung pada harga. Makroekonomi Klasik menyatakan proposisi ini mengikuti cara kerja pasar tenaga kerja. Dalam model umum, ketika tingkat pengangguran (unemployment) di atas tingkat pengangguran alamiah, maka kecenderungan upah turun (dalam kenyataan, kenaikannya lebih lambat dibandingkan kenaikan tingkat harga). Ketika tingkat pengangguran di bawah tingkat pengangguran alamiah, kecenderungan upah naik (dalam kenyataan, menaiknya lebih cepat dibanding menaiknya tingkat harga). Menurut makroekonomi Klasik, kecenderungan upah untuk menyesuaikan dengan kondisi-kondisi pasar tenaga kerja sangat kuat dan cepat, sehingga dengan demikian tingkat pengangguran selalu berada pada tingkat pengangguran alamiah.
Ahli makroekonomi Klasik mengetahui bahwa adanya fluktuasi tingkat pengangguran, dan tingkat pengangguran tersebut terkadang tinggi. Mereka mengartikan bahwa peristiwa-peristiwa tersebut sebagai fluktuasi-fluktuasi pada tingkat pengangguran alamiah, bukan sebagai fluktuasi-fluktuasi pada pengangguran di sekitar tingkat alamiah.


*Equilibrium
Dalam model makroekonomi Klasik, ekuilibrium terjadi di mana kekuatan-kekuatan permintaan agregat dan penawaran agregat diseimbangkan. Permintaan agregat hanya tergantung pada penawaran uang, dan penawaran agregat tergantung pada teknologi dan tingkat kesempatan kerja penuh (full employment) GDP riel.


*Prediksi-Prediksi
Prediksi-prediksi para ahli makroekonomi Klasik mengikuti secara langsung kondisi ekulibrium. Perubahan penawaran uang menyebabkan perubahan pada tingkat harga, tetapi bukan perubahan GDP riel, dan Pertumbuhan jumlah uang menyebabkan inflasi bukan pertumbuhan GDP riel.
Kemajuan teknologi dan akumulasi kapital, maupun pertumbuhan tenaga kerja mempengaruhi pertumbuhan GDP riel. Faktor-faktor tersebut menyebabkan turunnya harga, namun kenyataannya harga-harga secara aktual tidak turun namun relatif tetap (steady), karena meningkatnya penawaran uang lebih besar dibandingkan dengan kecenderungan penurunannya.
Perubahan-perubahan pada pajak dan pengeluaran pemerintah tidak memberikan pengaruh pada GDP riel dan tingkat harga, namun pengaruhnya pada tingkat bunga dan komposisi permintaan agregat.


The Keynesian Model
Aggregate Demand
Dalam makroekonomi Keynes, yang sangat mempengaruhi permintaan agregat adalah kebijakan fiskal dan pengaruh dari luar negeri. Potensi yang mempengaruhi permintaan agregat yang berasal dari perubahan-perubahan penawaran uang dianggap lemah atau tidak ada.
Dalam model Keynes, perubahan dalam penawaran uang mempengaruhi permintaan agregat namun melalui pengaruh-pengaruh penawaran uang terhadap investasi. Pengaruh-pengaruh penawaran uang pada investasi bersifat tidak langsung melalui tingkat bunga: meningkat penawaran uang menyebabkan kredit mudah, tingkat bunga sangat rendah, dan mengairahkan investasi. Menurut model Keynes, faktor-faktor tersebut tidak ada yang berpengaruh kuat. Meningkatnya penawaran uang tidak memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan tingkat bunga, dan tingkat bunga hanya memiliki pengaruh yang lemah pada investasi.
Pada model Keynes, perubahan perpajakan dan pembelanjaan pemerintah pada barang-barang dan jasa-jasa memberikan pengaruh besar pada permintaan agregat. Pengaruh besar ini meningkat melalui mekanisme yang sama, sehingga menyebabkan pengaruh uang terhadap permintaan agregat menjadi lemah.
Penganut Keynes sepakat dengan para ahli ekonomi Klasik bahwa meningkatnya pembelanjaan pemerintah atau pemotongan pajak menyebabkan meningkatkan tingkat bunga yang berdampak pada tersendatnya investasi, sehingga untuk mengurangi dampak tersebut dengan meningkatkan pembelanjaan pemerintah atau perpajakan rendah, tetapi mereka menganggap mekanisme tingkat bunga menjadi salah satu kelemahannya.
Dalam Model Keynes, meningkat pembelanjaan pemerintah atau pemotongan pajak hanya memberikan efek kecil pada tingkat bunga, dan memberikan efek kecil pada investasi, namun perubahan-perubahan pada pengeluaran pemerintah dan pajak memberikan efek besar pada permintaan agregat.

*Aggregate Supply
Dalam model Keynes, kurva penawaran agregat jangka pendek berbentuk horisontal—Jumlah GDP riel yang ditawarkan pada satu tingkat harga tertentu. Pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek berjalan lambat, jika kondisi ekonomi berada jauh dari tingkat pengangguran alamiah. Lambatnya pergerakan kurva penawaran agregat jangka pendek sebagai hasil dari perubahan yang lambat pada upah-upah dan harga-harga.
Dalam model Keynes, jumlah pengangguran besar sebagai kelebihan dari tingkat pengangguran alamiah, akan mempengaruhi penyesuaian yang sangat lambat terhadap upah relatif terhadap harga. Hal yang sama juga terjadi, jika pengangguran berada di bawah tingkat alamiah, tekanan upah meningkat lebih cepat.
Pada model Keynes menyatakan bahwa upah bersifat kaku dan juga harga bersifat kaku. Sebagai contoh, perusahaan memasang harga melalui katalog harga dan daftar harga, dan perubahan harga tidak sering terjadi. Selanjutnya, pada saat tertentu, pada suatu tingkat harga rata-rata dimana perusahaan secara sukarela menawarkan apapun yang diminta. Rata-rata harga menentukan posisi kurva penawaran agregat jangka pendek.

*Equilibrium
Dalam model Keynes, ekuilibrium (keseimbangan) terjadi keseimbangan antara jumlah GDP riel yang diminta dan tingkat harga yang diberlakukan secara temporer yang merupakan harga yang diputuskan oleh perusahaan.
*Prediksi-Prediksi
Meningkatnya pembelanjaan pemerintah atau pemotongan pajak mempengaruhi meningkatnya permintaan agregat dan meningkatnya GDP riel tetapi tidak merubah tingkat harga.
Meningkatnya upah-upah, meningkatnya harga-harga bahan mentah, atau meningkatnya harga luar negeri mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek, sehingga menyebabkan meningkatnya tingkat harga dan hal yang sama, apabila menurun GDP riel.
Perubahan-perubahan dalam penawaran uang hanya memiliki dampak kecil (atau mungkin tidak ada) pada GDP riel dan tingkat harga.